portofolio 2
KREATIVITAS DAN KEBERBAKATAN
Kelas :
1PA15
Disusun oleh : Ablina Pratia Ningrum (10514081)
Isye Yuliawati Hermansyah (15514536)
Kartika Nindya (15514786)
Universitas Gunadarma 2015
A. Teori-teori mengenai
kreativitas
I.
Teori pendorong kreativitas
Agar kreativitas dapat terwujud diperlukan dorongan dari individu
(motivasi intrinsik) maupun dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik)
a.
Motivasi Intrinsik dari
Kreativitas
Setiap individu memiliki kecenderungan atau dorongan mewujudkan
potensinya, mewujudkan dirinya, dorongan berkembang menjadi matang, dorongan
mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitasnya.
Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika
individu membentuk hubungan-hubungan baru denganlingkungannya dalam upaya
manjadi dirinya sepenuhnya. (Rogers dan Vernon 1982)
b.
Kondisi eksternal yang
mendorong perilaku kreatif
Kreativitas memang tidak dapat dipaksakan, tetapi harus
dimungkinkan untuk tumbuh, bibit unggul memerlukan kokdisi yang memupuk dan
memungkinkan bibit itu mengembangkan sendiri potensinya.
II.
Teori yang melandasi proses kreatif
a.
Teori Wallas
Wallas dalam bukunya “The Art of Thought” menyatakan bahwa proses
kreatif meliputi 4 tahap :
a)
Tahap Persiapan, memperisapkan
diri untuk memecahkan masalah dengan mengumpulkan data/ informasi, mempelajari
pola berpikir dari orang lain, bertanya kepada orang lain.
b)
Tahap Inkubasi, pada tahap
ini pengumpulan informasi dihentikan, individu melepaskan diri untuk sementara
masalah tersebut. Ia tidak memikirkan masalah tersebut secara sadar, tetapi
“mengeramkannya’ dalam alam pra sadar.
c)
Tahap Iluminasi, tahap ini
merupakan tahap timbulnya “insight” atau “Aha Erlebnis”, saat timbulnya
inspirasi atau gagasan baru.
d)
Tahap Verifikasi, tahap ini
merupakan tahap pengujian ide atau kreasi baru tersebut terhapad realitas.
Disini diperlukan pemikiran kritis dan konvergen. Proses divergensi (pemikiran
kreatif) harus diikuti proses konvergensi (pemikiran kritis).
b.
Teori tentang belahan otak
kiri dan kanan
Perkembangan kreativitas saat ini sangat erat kiatanya dengan
perkembangan kognitif kreativitas sesungguhnya merupakan perwujudan dari
perkerjaan otak. Para pakar kreativitas, misalnya Clark (1988) dan Gowan (1989)
melalui "Teori Belahan Otak" (Hemisphere Theory) mengatakan bahwa
sesunggunya otak manusia menurut fungsinya terbagi menjadi dua belahan, yakni
belahan otak kiri (heft hemisphere) dan belahan otak kanan (right hemisphere).
Fungsi otak belahan otak kiri adalah berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang
bersifat ilmiah, kritis, logis, linier, teratur, sistematis, terorganisir,
beraturan, dan sejenisnya. Adapun fungsi otak belahan kanan adalah berkenaan
dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat non-linier, non verbal, holistik, humanistik,
kreatif, mencipta, mendesain, bahkan mistik dan sejenisnya. Nah agan/aganwati
berpikir dengan belahan otak mana smilebiggrinsmile nah singkatnya otak belahan
kiri mengarah kepada cara-cara berpikir konvergen (convergent thinking),
sedangkan otak belahan kanan mengarah kepada cara-cara berpikir menyebar
(divergent thinking). Berkenaan dengan teori belahan berserta fungsinya ini,
Clark (1983:24) mengemukakan sejumlah fungsi otak sesuai dengan belahannya pada
yang dibawah ini:
Ø
Left Hemisphere (Belahan
Otak Kiri).
1.
Math, hystory, language.
2.
Verbal, limit sensory,
input.
3.
Sequential, measurable.
4.
Analytic.
5.
Comparative.
6.
Relational.
7.
Referential.
8.
Linier.
9.
Logical.
10.
Digital.
11.
Scientific, technological.
Ø
Right Hemisphere (Belahan
Otak Kanan).
1.
Self, elaborates and increases
variables, inventive.
2.
Nonverbal perception and
expressive-ness.
3.
Spatial.
4.
Intuitive.
5.
Holistik.
6.
Integrative.
7.
Nonreferential.
8.
Gestalt.
9.
Imagery.
10.
Better at deepth perception,
facial recognition.
11.
Mystical, humanistic.
Sumber: Clark, 1983:24.
Lahirnya kreativitas dalam bentuk gagasan maupun karya nyata
merupakan perpaduan antara fungsi kedua belahan otak tersebut. Masukan dari
lingkungan berupa informasi diterima melalui fungsi-fungsi belahan otak kiri
untuk kemudian "dierami" pada belahan otak kanan; dan disinihlah
proses menuju kreativitas berlangsung. Pada saat demikian, seseorang memerlukan
kesempatan untuk mengadakan refleksi secara tenang. Inkubasi atau
"pengeraman" merupakan tahap yang sangat penting dalam proses
kreatif. Sedemikian berkembangnya otak ini, tetapi salah satu kelemahannya
adalah bahwa teori ini masih sulit dibuktikan dan diuji secara empiris. Teori
ini perkembangannya masih bersifat hipotetik dan berupa rekomendasi.
III.
Teori yang melandasi produk kreatif
a.
Penilaian produk penemuan
dalam hukum pelen
Hukum paten di Amrika Serikat mempertimbangkan unsur-unsur berikut
dalam berikut dalam memberikan paten infentor:
1)
Kegiatan intelektual yang
bermutu mendahului penemuan atau rekaan.
2)
Gagasan jelas untuk
mengatasi masalah atau kesulitan khusus.
3)
Jumlah eksperimentasi yang
dilakukan sebelum mencapai produk baru dianggap penting.
4)
Sejauh mana mengalami
kegagalan.
5)
Produk harus berguna dan
meruakan kemajuan.
6)
Produk terutma dinilai
kreatif jika ada orang-orang dalam bidang kegiatan tersebut sebelumnya menunjukan
keragu-raguan (skepticism) tentang kemungkinan penemuan yang baru.
7)
Produk harus memenuhi
kebutuhan yang belum terpenuhi.
b.
Model Basemer dan Treffinger
Besemer dan Treffinger menyarankan bahwa produk kreatif dapat
digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu (1) kebaruan (novelty) atau sesuatu
yang baru, (2) pemecahan (resolution), dan (3) keterperincian (elaboration) dan
sintetis.
Kebaruan adalah sejauh mana produk itu baru, dalam haljumlah dan
luas proses yang baru, teknik baru, bahan baru, atau konsep baru yang terlibat,
dalam hal di luar dan di dalam lapangan/bidang dan dalam hal dampak produk
kreatif di masa depan. Pemecahan (resoluution) menyangkut derajat sejauh mana
produk itu memenuhi kebutuhan untuk mengatasi situasi bermasalah. Tiga kriteria
dalam dimensi ini adalah, bahwa produk itu harus bermakna (valuable) menurut
para pengamat, karena memenuhi kebutuhan harus logis, dengan mengukuti aturan
yang ditentukan dalam bidang tertentu dan harus berguna, yaitu dapat
diterapakan secara praktis.
Elaborasi dan sintetis. Dimensi merujuk pada derajat sejauh mana
produk itu menggabungkan unsur-unsur yang tidak sama/serupa menjadi kesekuruhan
yang canggih dan koheren. Lima kriteria untuk menilai hal ini adalah produk itu
harus organis, yaiu mempunyai arti inti dalam penyusunan produk, elegan yaitu
canggih mempunyai nilai lebih dari yang tampak, komplek yaitu berbagai unsur
digabung pada satu tingkat atau lebih, dapat dipahami karena tampil secara
jelas, dan menunjukkan keterampilan atau keahlian yang baik, dikerjakan secara
saksama. Sebagai contoh, lukisan anak jika dinilai dengan kriteria orang
dewasa, mungkin tidak termasuk kreatif, karena sudah pernah dibuat sebelumnya
oleh anak lain. Namun, ditinjau dari tingkat perkembangan anak, misalnya ia
belum pernah membuatnya sebelumnya dan lukisannya tidak merupakan tiruan dari
contoh, maka produk anak itu dapat dikatakan termasuk kreatif.
Bersemer dan O’Quin menyimpulkan dasar pertimbangan mereka untuk
mencoba mengukur kualitas produk kreatif sebagai berikut:
“kita tidak ingin membunuh lahirnya karya seni penilaian yang
terlalu rumit, tetapi untuk karya ilmiah penilaian atas daya tarik magis,
kurang memuaskan. Mungkin dalam bidang analisis produk diperlukan kerjasama
antara seni dan sains.
c.
Model penilaian kreatif dalam
mengarang
Penilaian :
v
Kelancaran
* Sangat lancar (Skor 5) * Kurang (Skor 2)
* Cukup lancar (Skor 4) * Tidak lancar (Skor 1)
* Lancar (Skor3)
v
Kelenturan, meliputi
kelenturan dalam struktur kalimat dan kelenturan dalam isi atau gagasan.
à
Kelenturan dalam struktur
kalimat
1.
Keragaman dalam bentuk
kalimat: sederhana,gabungan dan
kompleks
2.
Keragaman dalam penggunaan
kalimat: deklaratif,interogatif, eksklamatoris
3.
Keragaman dalam panjang
kalimat: kalimat singkat (kurang dari 5 kata), kalimat panjang (lebih dari 10
kata)
à
Kelenturan dalam konten atau
gagasan
1.imajinasi : menunjukkan imajinasi kaya atau kurang
2.fantasi : memiliki daya khayal yang tinggi atau tidak
v
Keaslian (orisinalitas)
§
Orisinalitas dalam tema,
baru/tidak lazim digunakkan atau tidak
§
Orisinalitas dalam pemecahan
atau akhir cerita, akhir cerita tidak diduga/menimbulkan kejutan.
§
Humor: karangan membuat
orang tertawa atau tidak
§
Menggunakkan kata atau nama
baru yang diciptakan sendiri orisinalitas dalam gaya penulisan.
v
Keterperincian
(Elaborasi,kekayaan)
b.
Seperti lukisan dalam cara
ekspresi
c.
Emosi
d.
Empati
e.
Unsur pribadi
B. Keberbakatan dan Kreatifitas menjelaskan pengertian
keberbakatan dan kaitannya dengan pengertian kreativitas, meliputi:
a) Pengertian Keberbakatan
Apa yang dimaksud “ keberbakatan” dan “ anak berbakat”?
Dalam kepustakaan yang ditemukan berbagai istilah dan definisi mengenai anak
berbakat dan keberbakatan. Istilah ini yang menunjukkan suatu perkembangan dari
pendekatan “uni-dimensional” ( seperti definisi dari Terman yang menggunakan
inteligensi sebagai criteria tunggal untuk mengidentifikasi anak berbakat,
yaitu IQ 140) ke pendekatan “ multi-dimensional “. Pendekatan ini yang mengakui
keragaman konsep dan kriteria keberbakatan, yaitu memerlukan cara – cara dan
alat – alat yang berbeda – beda pula untuk mengidentifikasinya.
1. Definisi ESOE tentang keberbakatan
Dalam seminar nasional mengenai Alternatif Program
Pendidikan bagi Anak Berbakat yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana
Pendidikan bekerja sama dengan Yayasan Pengembangan Kreativitas pada tanggal
12- 14 November 1981 di Jakarta ( Utami Munandar, 1982), disepakati bahwa : Anak
berbakat adalah anak yang oleh orang – orang profesional diidentifikasi sebagai
anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan –
kemampuan unggul. Anak – anak tersebut memerlukan program pendidikan yang
berdiferensiasi dan/ atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah biasa
agar dapat merealisasikan sumbangan mereka terhadap masyarakat maupun untuk
pengembangan diri sendiri.
Kemampuan – kemampuan tersebut, baik secara potensional maupun yang telah nyata, meliputi :
a.
Kemampuan
intelektual umum
Para pendidik
biasanya mendefinisikan hal ini berdasarkan skor yang tinggi dari hasil tes
inteligensi (biasanya 2 deviasi standar di atas mean) pada pengukuran
individual ataupun kelompok. Orang tua dan guru sering dapat mengenali anak
yang memiliki bakat intelektual umum ini dari keluasan pengetahuan umumnya dan
ketinggian tingkat kosa kata, ingatan, pengetahuan kata-kata abstrak, serta
daya nalar abstraknya
b. Kemampuan akademik khusus
Siswa yang memiliki
bakat akademik spesifik dapat dikenali dari kinerjanya yang menonjol dalam tes
prestasi atau tes bakat dalam satu bidang tertentu seperti bahasa atau
matematika.
c. Kemampuan berpikir kreatif – produktif
Kreativitas yang
menekankan produktivitas kreativitas adalah munculnya hasil ide yang diperoleh
melalui interaksi antara keunikan individu dengan lingkungannya
d.
Kemampuan memimpin
Kepemimpinan dapat
didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengarahkan individu-individu atau
kelompok-kelompok ke satu keputusan atau tindakan bersama. Siswa yang
menunjukkan keberbakatan dalam kemampuan kepemimpinan mampu menggunakan
keterampilan kelompok dan bernegosiasi dalam situasi- situasi yang sulit.
Banyak guru dapat mengenali kepemimpinan dari minat dan keterampilan siswa dalam
pemecahan masalah. Karakteristik kepemimpinan mencakup rasa percaya diri,
tanggung jawab, kerjasama, kecenderungan untuk mendominasi, dan kemampuan untuk
mengadaptasikan diri dengan mudah pada situasi-situasi baru. Siswa seperti ini
dapat diidentifikasi dengan instrumen-instrumen seperti The Fundamental
Interpersonal Relations Orientation Behavior (FIRO-B).
e.
Kemampuan dalam salah satu bidang seni
Bakat seni
merupakan keunggulan dalam menggambar, melukis, memahat, dan berbagai ekspresi
artistik yang dapat ditangkap oleh mata. Sedangkan bakat pertunjukan menunjuk
pada keunggulan baik dalam musik instrumental maupun vokal, teater, dan tari.
Siswa-siswa ini dapat diidentifikasi dengan menggunakan instrumen deskripsi
tugas seperti the Creative Products Scales, yang dikembangkan untuk Detroit
Public Schools oleh Patrick Byrons dan Beverly Ness Parke di Wayne State
University.
f. Kemampuan psikomotor ( seperti dalam olahraga)
Ini mencakup
kemampuan kinesthetik motor seperti keterampilan praktis, spasial, mekanik, dan
fisik. Kemampuan tersebut jarang dipergunakan sebagai kriteria dalam program
keberbakatan.
Definisi ini
merupakan adopsi dari definisi U.S. Office of Education ( Maryland, 1972) dan
dalam kepustakaan biasanya disebut sebagai definisi USEO.
2. Definisi dari Abraham Maslow
Maslow membedakan
antara " kreativitas aktualisasi diri “ kreativitas talenta khusus”. Orang
– orang dengan kreativitas talenta khusus memiliki bakat atau talenta kreatif
yang luar biasa dalam bidang seni, sastra, musik, teater, sains, bisnis, atau
bidang lainnya. Orang – orang ini bisa saja menunjukkan penyesuaian diri dan
aktualisasi diri yang baik, tetapi mungkin juga tidak.
Orang – orang
kreatif yang mampu mengaktualisasi diri adalah sehat mental, hidup sepenuhnya
dan produktif, dan cenderung menghadapi aspek kehidupannya secara fleksibel dan
kreatif.
Implikasi dari
pembedaan antara keduanya krativitas aktualisasi diri dan kreativitas talenta
khusus adalah penekanan pada pentingnya ciri – ciri afektif dari kreativitas,
ciri kepribadian, sikap, motivasi, dan predisposisi untuk berpikir kreatif.
3.
Konsepsi Renzulli tentang keberbakatan
Konsepsi “
Three-Ring Conception” dari Renzulli dan kawan – kawan ( 1981), yang menyatakan
bahwa tiga ciri pokok yang merupakan kriteria ( persyaratan) keberbakatan ialah
keterkaitan antara :
g.
Kemampuan umum di atas rata – rata,
h.
Kreativitas di atas rata – rata, dan
i.
Pengikatan diri terhadap tugas ( task commitment cukup tinggi)
Menurut Renzulli,
anak berbakat adalah mereka yang memiliki atau berkemampuan mengembangkan
gabungan ketiga kelompok sifat tersebut dan mengaplikasikannya pada bidang
kinerja kemanusiaan yang bernilai.
4.
Robert Sternberg dan Robert Wagner(1982)
Mendefinisikan keberbakatan
(giftedness) sebagai "a kind of mental self-management". Manajemen
mental kehidupan seseorang yang konstruktif dan bertujuan mempunyai tiga elemen
dasar, yaitu: mengadaptasikan diri pada lingkungan, memilih lingkungan baru,
dan membentuk lingkungan.
Menurut Sternberg dan Wagner, kunci psikologis dasar keberbakatan intelektual terdapat dalam keterampilan berwawasan (insight skills) yang mencakup tiga proses utama:
· Memisahkan informasi yang relevan dari informasi yang irrelevan;
· Menggabungkan
kepingan-kepingan informasi yang tidak berkaitan menjadi satu keseluruhan yang
terpadu;
· Mengaitkan
informasi yang baru diperoleh dengan informasi yang sudah diperoleh sebelumnya.
Sternberg dan Wagner menekankan kemampuan memecahkan masalah dan memandang siswa berbakat sebagai individu yang mampu memproses informasi secara cepat dan mempergunakan keterampilan berwawasan.
Sternberg dan Wagner menekankan kemampuan memecahkan masalah dan memandang siswa berbakat sebagai individu yang mampu memproses informasi secara cepat dan mempergunakan keterampilan berwawasan.
b) Pengertian Kreativitas
Salah satu masalah
yang kritis dalam meneliti, mengidentifikasi, dan mengembangkan kreativitas ialah
bahwa ada begitu banyak definisi tentang kreativitas, tetapi tidak ada satu
definisi pun yang dapat diterima secara universal. Mengingat kompleksitas dari
konsep kreativitas, agaknya hal ini tidak mungkin dan tidak perlu, karena
kreativitas dapat ditinjau dari berbagai aspek, yang kendatipun saling
berkaitan tetapi penekanannya berbeda – beda. Rodhes (1961, dalam Isaksen,
1987) dalam menganalisis lebih dari 40 definisi tentang kreativitas,
menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi
(person), proses, dan produk. Kreativitas dapat pula ditinjau dari kondisi
pribadi dan lingkungan yang mendorong ( press) individu ke perilaku kreatif.
Rodhes menyebut keempat jenis definisi tentang kreativitas ini sebagai “four
p’s of creativity “,yaitu dimensi Person,Proses, Press dan Product. Kebanyakan
definisi kreativitas berfokus pada salah satu dari empat P ini atau
kombinasinya. Keempat P ini saling berkaitan: pribadi kreatif yang melibatkan
diri dalam menghasilkan produk kreatif, dan dengan dukungan dan dorongan (
press) dari lingkungan menghasilkan produk kreatif. Torrance ( 1988) yang
memilih definisi proses tentang kreativitas, menjelaskan hubungan antara
keempat P tersebut sebagai berikut : dengan berfokus pada proses kreatif, dapat
ditanyakan jenis pribadi yang bagaimanakah akan berhasil dalam proses tersebut,
macam lingkungan yang bagaimanakah akan memudahkan proses kreatif, dan produk
yang bagaimanakah yang dihasilkan dari proses kreatif?
Marilah kita melihat beberapa definisi tentang kreativitas berdasarkan empat P, menurut para pakar.
Marilah kita melihat beberapa definisi tentang kreativitas berdasarkan empat P, menurut para pakar.
Definisi pribadi
Menurut Hulbeck
(1945) “ tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam
interaksi dengan lingkungannya”. Fokus pada segi pribadi jelas dalam definisi
ini.
Definisi yang lebih
baru tentang kreativitas diberikan dalam “ three-facet model of creativity”
oleh Sternberg (1988), yaitu “kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas
antara tiga atribut psikologis : inteligensi, gaya kognitif, dan kepribadian/
motivasi. Bersama – sama ketiga segi dari alam pikiran ini membantu memahami
apa yang melatarbelakangi individu yang kreatif “.
Inteligensi
meliputi terutama kemampuan verbal, pemikiran lancar, pengetahuan, perencanaan,
perumusan masalah, penyusunan strategi, representasi mental, ketrampilan
pengambilan keputusan, keseimbangan serta integrasi intelektual secara umum.
Gaya kognitif atau intelektual dari pribadi yang kreatif menunjukkan kelonggaran dari keterikatan pada konvensi menciptakan aturan sendiri, melakukan hal dengan caranya sendiri, menyukai masalah yang tidak terlau terstruktur, senang menulis, merancang, lebih tertarik pada jabatan yang kreatif, seperti pengarang, saintis, artis, atau arsitek.
Dimensi kepribadian/ motivasi meliputi cirri – ciri seperti fleksibilitas, toleransi terhadap kedwiartian, dorongan untuk berprestasi dan mendapat pengakuan, keuletan dalam menghadapi rintangan, dan pengambilan risiko yang moderat.
Gaya kognitif atau intelektual dari pribadi yang kreatif menunjukkan kelonggaran dari keterikatan pada konvensi menciptakan aturan sendiri, melakukan hal dengan caranya sendiri, menyukai masalah yang tidak terlau terstruktur, senang menulis, merancang, lebih tertarik pada jabatan yang kreatif, seperti pengarang, saintis, artis, atau arsitek.
Dimensi kepribadian/ motivasi meliputi cirri – ciri seperti fleksibilitas, toleransi terhadap kedwiartian, dorongan untuk berprestasi dan mendapat pengakuan, keuletan dalam menghadapi rintangan, dan pengambilan risiko yang moderat.
Definisi proses
Definisi pada dimensi proses upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif.
Utami Munandar
menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang
mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas dalam
berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya,
memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek
proses perubahan (inovasi dan variasi). Selain pendapat yang diuraikan diatas
ada pendapat lain yang menyebutkan proses terbentuknya kreativitas sebagai
berikut :
Wallas (1976) dalam
Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001 mengemukakan empat tahap dalam proses kreatif yaitu
:
Tahap Persiapan; adalah tahap pengumpulan
informasi atau data sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini
terjadi percobaan-percobaan atas dasar berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan
masalah yang dialami.
Inkubasi; adalah
tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam prasadar. Tahap ini
berlangsung dalan waktu yang tidak menentu, bisa lama (berhari-hari,
berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan bisa juga hanya sebentar (hanya beberapa
jam, menit bahkan detik). Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses
pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat kembali pada akhir tahap
pengeraman dan munculnya tahap berikutnya.
1. Tahap Iluminasi; adalah tahap munculnya inspirasi
atau gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini muncul
bentuk-bentuk cetusan spontan, seperti dilukiskan oleh Kohler dengan kata-kata
now, I see itu yang kurang lebihnya berarti “oh ya”.
2. Tahap Verifikasi; adalah tahap munculnya aktivitas
evaluasi tarhadap gagasan secara kritis, yang sudah mulai dicocokkan dengan
keadaan nyata atau kondisi realita.
Dari dua pendapat ahli diatas memandang kreativitas sebagai sebuah proses yang terjadi didalam otak manusia dalam menemukan dan mengembangkan sebuah gagasan baru yang lebih inovatif dan variatif (divergensi berpikir).
Dari dua pendapat ahli diatas memandang kreativitas sebagai sebuah proses yang terjadi didalam otak manusia dalam menemukan dan mengembangkan sebuah gagasan baru yang lebih inovatif dan variatif (divergensi berpikir).
3. Definisi produk
Barron ( 1969)
menyatakan bahwa “ kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan / menciptakan
sesuatu yang baru “. Begitu pula menurut Haefele ( 1962) “ kreativitas adalah
kemampuan untuk membuat kombinasi – kombinasi baru yang mempunyai makna sosial
“. Definisi Haefele ini menunjukkan bahwa tidak keseluruhan produk itu harus
baru, tetapi kombinasinya. Unsur – unsurnya bisa saja sudah ada lama
sebelumnya. Definisi Haefele menekankan pula bahwa suatu produk kreatif tidak
hanya harus baru tetapi juga diakui sebagai bermakna.
Definisi “ press”
Definisi dan
pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik
dorongan internal (diri sendiri) berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta
atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal (dari lingkungan
sosial dan psikologis). Definisi Simpson (1982) dalam S. C. U. Munandar 1999,
merujuk pada aspek dorongan internal dengan rumusannya sebagai “The initiative
that one manifests by his power to break away from the usual sequence of
thought”. Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai
imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas
juga kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan
kurang terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru.
c) Hubungan Pengertian Keberbakatan dan
Kreativitas
Konsepsi “
Three-Ring Conception” dari Renzulli dan kawan – kawan ( 1981), yang menyatakan
bahwa tiga ciri pokok yang merupakan kriteria ( persyaratan) keberbakatan ialah
keterkaitan antara :
1.
Kemampuan umum
di atas rata – rata,
2.
Kreativitas
di atas rata – rata, dan
3.
Pengikatan diri terhadap tugas ( task
commitment cukup tinggi)
Kemampuan diatas rata – rata
Kemampuan diatas rata – rata
Salah satu kesalahan dalam identifikasi anak berbakat ialah anggapan bahwa hanya kecerdasan dan kecakapan sebagaimana diukur dengan tes prestasi belajar yang menentukan keberbakatan dan produktivitas kreatif seseorang. Bahkan Terman ( 1959) yang dalam penelitiannya terhadap anak berbakat hanya menggunakan kriteria inteligen, dalam tulisan – tulisannya kemudian mengakui bahwa inteligensi tinggi tidak sinonim dengan keberbakatan. Wallach ( 1976 ) pun menunjukkan bahwa mencapai skor tertinggi pada tes akademis belum tentu mencerminkan potensi untuk kinerja kreatif produktif.
Dalam istilah “
kemampuan umum” tercakup barbagai bidang kemampuan yang biasanya diukur oleh
tes inteligensi, prestasi, bakat, kemampuan, mental primer, dan berpikir
kreatif. Sebagai contoh adalah penalaran, verbal numerical, kemampuan spasial,
kelancaran dalam memberikan ide, dan orisinalitas. Kemampuan umum ini merupakan
salah atu kelompok keberbakatan di samping kreativitas dan “task – commitment”.
Kreativitas diatas rata -rata
Kelompok ( cluster)
kedua yang dimiliki anak / orang berbakat ialah kreativitas sebagai kemampuan
umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan memberikan gagasan
– gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai
kemampuan untuk melihat hubungan – hubungan baru antara unsur – unsur
yang sudah ada sebelumnya.
Pengikatan diri terhadap tugas
Kelompok
karakteristik yang ketiga yang ditemukan pada individu yang kreatif produktif
ialah pengikatan diri terhadap tugas sebagai bentuk motivasi yang internal yang
mendorong seseorang untuk tekun dan ulet mengerjakan tugasnya, meskipun
mengalami macam – macam rintangan atau hambatan, menyelesaikan tugas yang
menjadi tanggung jawabnya, karena ia telah mengikatkan diri terhadap tugas
tersebut atas kehendaknya sendiri.
Galton meskipun
menganut pandangan dasar genetis untuk keberbakatan dan “ genius “, namun dia
percaya bahwa motivasi intrinsic dan kapasitas untuk bekerja keras merupakan
kondisi yang perlu untuk mencapai prestasi unggul.
Manfaat dari definisi Renzulli ialah melihat keterkaitan antara tiga kelompok ciri sebagai persyaratan keberbakatan: kemampuan umum, kreativitas, dan motivasi ( pengikatan diri terhadap tugas).
Manfaat dari definisi Renzulli ialah melihat keterkaitan antara tiga kelompok ciri sebagai persyaratan keberbakatan: kemampuan umum, kreativitas, dan motivasi ( pengikatan diri terhadap tugas).
Jadi, menurut
definisi Renzulli, seseorang yang memiliki kreativitas pasti berbakat, tetapi
seseorang yang berbakat belum tentu memiliki kreativitas.
SUMBER:
Pengembangan
Kreativitas oleh DRS.A.M. Heru Basuki, M.Psi.
Comments
Post a Comment