portofolio 2

KREATIVITAS DAN KEBERBAKATAN

https://josephinejoe.files.wordpress.com/2012/09/logo_gunadarma-1.jpg


Kelas                    : 1PA15
Disusun oleh        : Ablina Pratia Ningrum        (10514081)
                               Isye Yuliawati Hermansyah (15514536)
                               Kartika Nindya                    (15514786)








Universitas Gunadarma 2015

A.   Teori-teori mengenai kreativitas
I.                   Teori pendorong kreativitas
Agar kreativitas dapat terwujud diperlukan dorongan dari individu (motivasi intrinsik) maupun dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik)
a.       Motivasi Intrinsik dari Kreativitas
Setiap individu memiliki kecenderungan atau dorongan mewujudkan potensinya, mewujudkan dirinya, dorongan berkembang menjadi matang, dorongan mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitasnya.
Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru denganlingkungannya dalam upaya manjadi dirinya sepenuhnya. (Rogers dan Vernon 1982)

b.      Kondisi eksternal yang mendorong perilaku kreatif
Kreativitas memang tidak dapat dipaksakan, tetapi harus dimungkinkan untuk tumbuh, bibit unggul memerlukan kokdisi yang memupuk dan memungkinkan bibit itu mengembangkan sendiri potensinya.

II.                Teori yang melandasi proses kreatif
a.       Teori Wallas
Wallas dalam bukunya “The Art of Thought” menyatakan bahwa proses kreatif meliputi 4 tahap :
a)      Tahap Persiapan, memperisapkan diri untuk memecahkan masalah dengan mengumpulkan data/ informasi, mempelajari pola berpikir dari orang lain, bertanya kepada orang lain.
b)      Tahap Inkubasi, pada tahap ini pengumpulan informasi dihentikan, individu melepaskan diri untuk sementara masalah tersebut. Ia tidak memikirkan masalah tersebut secara sadar, tetapi “mengeramkannya’ dalam alam pra sadar.
c)      Tahap Iluminasi, tahap ini merupakan tahap timbulnya “insight” atau “Aha Erlebnis”, saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru.
d)     Tahap Verifikasi, tahap ini merupakan tahap pengujian ide atau kreasi baru tersebut terhapad realitas. Disini diperlukan pemikiran kritis dan konvergen. Proses divergensi (pemikiran kreatif) harus diikuti proses konvergensi (pemikiran kritis).
b.      Teori tentang belahan otak kiri dan kanan
Perkembangan kreativitas saat ini sangat erat kiatanya dengan perkembangan kognitif kreativitas sesungguhnya merupakan perwujudan dari perkerjaan otak. Para pakar kreativitas, misalnya Clark (1988) dan Gowan (1989) melalui "Teori Belahan Otak" (Hemisphere Theory) mengatakan bahwa sesunggunya otak manusia menurut fungsinya terbagi menjadi dua belahan, yakni belahan otak kiri (heft hemisphere) dan belahan otak kanan (right hemisphere). Fungsi otak belahan otak kiri adalah berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat ilmiah, kritis, logis, linier, teratur, sistematis, terorganisir, beraturan, dan sejenisnya. Adapun fungsi otak belahan kanan adalah berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat non-linier, non verbal, holistik, humanistik, kreatif, mencipta, mendesain, bahkan mistik dan sejenisnya. Nah agan/aganwati berpikir dengan belahan otak mana smilebiggrinsmile nah singkatnya otak belahan kiri mengarah kepada cara-cara berpikir konvergen (convergent thinking), sedangkan otak belahan kanan mengarah kepada cara-cara berpikir menyebar (divergent thinking). Berkenaan dengan teori belahan berserta fungsinya ini, Clark (1983:24) mengemukakan sejumlah fungsi otak sesuai dengan belahannya pada yang dibawah ini:
Ø  Left Hemisphere (Belahan Otak Kiri).
1.      Math, hystory, language.
2.      Verbal, limit sensory, input.
3.      Sequential, measurable.
4.      Analytic.
5.      Comparative.
6.      Relational.
7.      Referential.
8.      Linier.
9.      Logical.
10.  Digital.
11.  Scientific, technological.

Ø  Right Hemisphere (Belahan Otak Kanan).
1.      Self, elaborates and increases variables, inventive.
2.      Nonverbal perception and expressive-ness.
3.      Spatial.
4.      Intuitive.
5.      Holistik.
6.      Integrative.
7.      Nonreferential.
8.      Gestalt.
9.      Imagery.
10.  Better at deepth perception, facial recognition.
11.  Mystical, humanistic.
Sumber: Clark, 1983:24.

Lahirnya kreativitas dalam bentuk gagasan maupun karya nyata merupakan perpaduan antara fungsi kedua belahan otak tersebut. Masukan dari lingkungan berupa informasi diterima melalui fungsi-fungsi belahan otak kiri untuk kemudian "dierami" pada belahan otak kanan; dan disinihlah proses menuju kreativitas berlangsung. Pada saat demikian, seseorang memerlukan kesempatan untuk mengadakan refleksi secara tenang. Inkubasi atau "pengeraman" merupakan tahap yang sangat penting dalam proses kreatif. Sedemikian berkembangnya otak ini, tetapi salah satu kelemahannya adalah bahwa teori ini masih sulit dibuktikan dan diuji secara empiris. Teori ini perkembangannya masih bersifat hipotetik dan berupa rekomendasi.

III.             Teori yang melandasi produk kreatif
a.       Penilaian produk penemuan dalam hukum pelen
Hukum paten di Amrika Serikat mempertimbangkan unsur-unsur berikut dalam berikut dalam memberikan paten infentor:
1)      Kegiatan intelektual yang bermutu mendahului penemuan atau rekaan.
2)      Gagasan jelas untuk mengatasi masalah atau kesulitan khusus.
3)      Jumlah eksperimentasi yang dilakukan sebelum mencapai produk baru dianggap penting.
4)      Sejauh mana mengalami kegagalan.
5)      Produk harus berguna dan meruakan kemajuan.
6)      Produk terutma dinilai kreatif jika ada orang-orang dalam bidang kegiatan tersebut sebelumnya menunjukan keragu-raguan (skepticism) tentang kemungkinan penemuan yang baru.
7)      Produk harus memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi.

b.      Model Basemer dan Treffinger
Besemer dan Treffinger menyarankan bahwa produk kreatif dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu (1) kebaruan (novelty) atau sesuatu yang baru, (2) pemecahan (resolution), dan (3) keterperincian (elaboration) dan sintetis.
Kebaruan adalah sejauh mana produk itu baru, dalam haljumlah dan luas proses yang baru, teknik baru, bahan baru, atau konsep baru yang terlibat, dalam hal di luar dan di dalam lapangan/bidang dan dalam hal dampak produk kreatif di masa depan. Pemecahan (resoluution) menyangkut derajat sejauh mana produk itu memenuhi kebutuhan untuk mengatasi situasi bermasalah. Tiga kriteria dalam dimensi ini adalah, bahwa produk itu harus bermakna (valuable) menurut para pengamat, karena memenuhi kebutuhan harus logis, dengan mengukuti aturan yang ditentukan dalam bidang tertentu dan harus berguna, yaitu dapat diterapakan secara praktis.
Elaborasi dan sintetis. Dimensi merujuk pada derajat sejauh mana produk itu menggabungkan unsur-unsur yang tidak sama/serupa menjadi kesekuruhan yang canggih dan koheren. Lima kriteria untuk menilai hal ini adalah produk itu harus organis, yaiu mempunyai arti inti dalam penyusunan produk, elegan yaitu canggih mempunyai nilai lebih dari yang tampak, komplek yaitu berbagai unsur digabung pada satu tingkat atau lebih, dapat dipahami karena tampil secara jelas, dan menunjukkan keterampilan atau keahlian yang baik, dikerjakan secara saksama. Sebagai contoh, lukisan anak jika dinilai dengan kriteria orang dewasa, mungkin tidak termasuk kreatif, karena sudah pernah dibuat sebelumnya oleh anak lain. Namun, ditinjau dari tingkat perkembangan anak, misalnya ia belum pernah membuatnya sebelumnya dan lukisannya tidak merupakan tiruan dari contoh, maka produk anak itu dapat dikatakan termasuk kreatif.
Bersemer dan O’Quin menyimpulkan dasar pertimbangan mereka untuk mencoba mengukur kualitas produk kreatif sebagai berikut:
“kita tidak ingin membunuh lahirnya karya seni penilaian yang terlalu rumit, tetapi untuk karya ilmiah penilaian atas daya tarik magis, kurang memuaskan. Mungkin dalam bidang analisis produk diperlukan kerjasama antara seni dan sains.

c.       Model penilaian kreatif dalam mengarang
Penilaian :
v  Kelancaran
                   *       Sangat lancar (Skor 5)            *       Kurang (Skor 2)
                   *       Cukup lancar (Skor 4)            *        Tidak lancar (Skor 1)
                   *       Lancar (Skor3)
v  Kelenturan, meliputi kelenturan dalam struktur kalimat dan kelenturan dalam isi atau gagasan.
à Kelenturan dalam struktur kalimat
1.      Keragaman dalam bentuk kalimat: sederhana,gabungan dan    kompleks
2.      Keragaman dalam penggunaan kalimat: deklaratif,interogatif,             eksklamatoris
3.      Keragaman dalam panjang kalimat: kalimat singkat (kurang dari 5 kata), kalimat panjang (lebih dari 10 kata)
à Kelenturan dalam konten atau gagasan
1.imajinasi : menunjukkan imajinasi kaya atau kurang
2.fantasi : memiliki daya khayal yang tinggi atau tidak

v  Keaslian (orisinalitas)
§  Orisinalitas dalam tema, baru/tidak lazim digunakkan atau tidak
§  Orisinalitas dalam pemecahan atau akhir cerita, akhir cerita tidak diduga/menimbulkan kejutan.
§  Humor: karangan membuat orang tertawa atau tidak
§  Menggunakkan kata atau nama baru yang diciptakan sendiri orisinalitas dalam gaya penulisan.
v  Keterperincian (Elaborasi,kekayaan)
b.              Seperti lukisan dalam cara ekspresi
c.              Emosi
d.             Empati
e.              Unsur pribadi
f.               Percakapan

B. Keberbakatan dan Kreatifitas menjelaskan pengertian keberbakatan dan kaitannya dengan pengertian kreativitas, meliputi:
a)    Pengertian Keberbakatan
Apa yang dimaksud “ keberbakatan” dan “ anak berbakat”? Dalam kepustakaan yang ditemukan berbagai istilah dan definisi mengenai anak berbakat dan keberbakatan. Istilah ini yang menunjukkan suatu perkembangan dari pendekatan “uni-dimensional” ( seperti definisi dari Terman yang menggunakan inteligensi sebagai criteria tunggal untuk mengidentifikasi anak berbakat, yaitu IQ 140) ke pendekatan “ multi-dimensional “. Pendekatan ini yang mengakui keragaman konsep dan kriteria keberbakatan, yaitu memerlukan cara – cara dan alat – alat yang berbeda – beda pula untuk mengidentifikasinya.

1.      Definisi ESOE tentang keberbakatan
Dalam seminar nasional mengenai Alternatif Program Pendidikan bagi Anak Berbakat yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan bekerja sama dengan Yayasan Pengembangan Kreativitas pada tanggal 12- 14 November 1981 di Jakarta ( Utami Munandar, 1982), disepakati bahwa : Anak berbakat adalah anak yang oleh orang – orang profesional diidentifikasi sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan – kemampuan unggul. Anak – anak tersebut memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi dan/ atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah biasa agar dapat merealisasikan sumbangan mereka terhadap masyarakat maupun untuk pengembangan diri sendiri.

Kemampuan – kemampuan tersebut, baik secara potensional maupun yang telah nyata, meliputi :
a.              Kemampuan intelektual umum
Para pendidik biasanya mendefinisikan hal ini berdasarkan skor yang tinggi dari hasil tes inteligensi (biasanya 2 deviasi standar di atas mean) pada pengukuran individual ataupun kelompok. Orang tua dan guru sering dapat mengenali anak yang memiliki bakat intelektual umum ini dari keluasan pengetahuan umumnya dan ketinggian tingkat kosa kata, ingatan, pengetahuan kata-kata abstrak, serta daya nalar abstraknya

b.      Kemampuan akademik khusus
Siswa yang memiliki bakat akademik spesifik dapat dikenali dari kinerjanya yang menonjol dalam tes prestasi atau tes bakat dalam satu bidang tertentu seperti bahasa atau matematika.

c.       Kemampuan berpikir kreatif – produktif
Kreativitas yang menekankan produktivitas kreativitas adalah munculnya hasil ide yang diperoleh melalui interaksi antara keunikan individu dengan lingkungannya

d.      Kemampuan memimpin
Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengarahkan individu-individu atau kelompok-kelompok ke satu keputusan atau tindakan bersama. Siswa yang menunjukkan keberbakatan dalam kemampuan kepemimpinan mampu menggunakan keterampilan kelompok dan bernegosiasi dalam situasi- situasi yang sulit. Banyak guru dapat mengenali kepemimpinan dari minat dan keterampilan siswa dalam pemecahan masalah. Karakteristik kepemimpinan mencakup rasa percaya diri, tanggung jawab, kerjasama, kecenderungan untuk mendominasi, dan kemampuan untuk mengadaptasikan diri dengan mudah pada situasi-situasi baru. Siswa seperti ini dapat diidentifikasi dengan instrumen-instrumen seperti The Fundamental Interpersonal Relations Orientation Behavior (FIRO-B).
e.       Kemampuan dalam salah satu bidang seni
Bakat seni merupakan keunggulan dalam menggambar, melukis, memahat, dan berbagai ekspresi artistik yang dapat ditangkap oleh mata. Sedangkan bakat pertunjukan menunjuk pada keunggulan baik dalam musik instrumental maupun vokal, teater, dan tari. Siswa-siswa ini dapat diidentifikasi dengan menggunakan instrumen deskripsi tugas seperti the Creative Products Scales, yang dikembangkan untuk Detroit Public Schools oleh Patrick Byrons dan Beverly Ness Parke di Wayne State University.

f.       Kemampuan psikomotor ( seperti dalam olahraga)
Ini mencakup kemampuan kinesthetik motor seperti keterampilan praktis, spasial, mekanik, dan fisik. Kemampuan tersebut jarang dipergunakan sebagai kriteria dalam program keberbakatan.
Definisi ini merupakan adopsi dari definisi U.S. Office of Education ( Maryland, 1972) dan dalam kepustakaan biasanya disebut sebagai definisi USEO.

2.      Definisi dari Abraham Maslow
Maslow membedakan antara " kreativitas aktualisasi diri “ kreativitas talenta khusus”. Orang – orang dengan kreativitas talenta khusus memiliki bakat atau talenta kreatif yang luar biasa dalam bidang seni, sastra, musik, teater, sains, bisnis, atau bidang lainnya. Orang – orang ini bisa saja menunjukkan penyesuaian diri dan aktualisasi diri yang baik, tetapi mungkin juga tidak.
Orang – orang kreatif yang mampu mengaktualisasi diri adalah sehat mental, hidup sepenuhnya dan produktif, dan cenderung menghadapi aspek kehidupannya secara fleksibel dan kreatif.
Implikasi dari pembedaan antara keduanya krativitas aktualisasi diri dan kreativitas talenta khusus adalah penekanan pada pentingnya ciri – ciri afektif dari kreativitas, ciri kepribadian, sikap, motivasi, dan predisposisi untuk berpikir kreatif.

3.      Konsepsi Renzulli tentang keberbakatan
Konsepsi “ Three-Ring Conception” dari Renzulli dan kawan – kawan ( 1981), yang menyatakan bahwa tiga ciri pokok yang merupakan kriteria ( persyaratan) keberbakatan ialah keterkaitan antara :
g.      Kemampuan umum di atas rata – rata,
h.      Kreativitas di atas rata – rata, dan
i.        Pengikatan diri terhadap tugas ( task commitment cukup tinggi)
Menurut Renzulli, anak berbakat adalah mereka yang memiliki atau berkemampuan mengembangkan gabungan ketiga kelompok sifat tersebut dan mengaplikasikannya pada bidang kinerja kemanusiaan yang bernilai.
4.      Robert Sternberg dan Robert Wagner(1982)
Mendefinisikan keberbakatan (giftedness) sebagai "a kind of mental self-management". Manajemen mental kehidupan seseorang yang konstruktif dan bertujuan mempunyai tiga elemen dasar, yaitu: mengadaptasikan diri pada lingkungan, memilih lingkungan baru, dan membentuk lingkungan.

Menurut Sternberg dan Wagner, kunci psikologis dasar keberbakatan intelektual terdapat dalam keterampilan berwawasan (insight skills) yang mencakup tiga proses utama:

· Memisahkan informasi yang relevan dari informasi yang irrelevan;
· Menggabungkan kepingan-kepingan informasi yang tidak berkaitan menjadi satu keseluruhan yang terpadu;
· Mengaitkan informasi yang baru diperoleh dengan informasi yang sudah diperoleh sebelumnya.
Sternberg dan Wagner menekankan kemampuan memecahkan masalah dan memandang siswa berbakat sebagai individu yang mampu memproses informasi secara cepat dan mempergunakan keterampilan berwawasan.
b)    Pengertian Kreativitas
Salah satu masalah yang kritis dalam meneliti, mengidentifikasi, dan mengembangkan kreativitas ialah bahwa ada begitu banyak definisi tentang kreativitas, tetapi tidak ada satu definisi pun yang dapat diterima secara universal. Mengingat kompleksitas dari konsep kreativitas, agaknya hal ini tidak mungkin dan tidak perlu, karena kreativitas dapat ditinjau dari berbagai aspek, yang kendatipun saling berkaitan tetapi penekanannya berbeda – beda. Rodhes (1961, dalam Isaksen, 1987) dalam menganalisis lebih dari 40 definisi tentang kreativitas, menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi (person), proses, dan produk. Kreativitas dapat pula ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungan yang mendorong ( press) individu ke perilaku kreatif. Rodhes menyebut keempat jenis definisi tentang kreativitas ini sebagai “four p’s of creativity “,yaitu dimensi Person,Proses, Press dan Product. Kebanyakan definisi kreativitas berfokus pada salah satu dari empat P ini atau kombinasinya. Keempat P ini saling berkaitan: pribadi kreatif yang melibatkan diri dalam menghasilkan produk kreatif, dan dengan dukungan dan dorongan ( press) dari lingkungan menghasilkan produk kreatif. Torrance ( 1988) yang memilih definisi proses tentang kreativitas, menjelaskan hubungan antara keempat P tersebut sebagai berikut : dengan berfokus pada proses kreatif, dapat ditanyakan jenis pribadi yang bagaimanakah akan berhasil dalam proses tersebut, macam lingkungan yang bagaimanakah akan memudahkan proses kreatif, dan produk yang bagaimanakah yang dihasilkan dari proses kreatif?
Marilah kita melihat beberapa definisi tentang kreativitas berdasarkan empat P, menurut para pakar.

Definisi pribadi
Menurut Hulbeck (1945) “ tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya”. Fokus pada segi pribadi jelas dalam definisi ini.
Definisi yang lebih baru tentang kreativitas diberikan dalam “ three-facet model of creativity” oleh Sternberg (1988), yaitu “kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis : inteligensi, gaya kognitif, dan kepribadian/ motivasi. Bersama – sama ketiga segi dari alam pikiran ini membantu memahami apa yang melatarbelakangi individu yang kreatif “.
Inteligensi meliputi terutama kemampuan verbal, pemikiran lancar, pengetahuan, perencanaan, perumusan masalah, penyusunan strategi, representasi mental, ketrampilan pengambilan keputusan, keseimbangan serta integrasi intelektual secara umum.
Gaya kognitif atau intelektual dari pribadi yang kreatif menunjukkan kelonggaran dari keterikatan pada konvensi menciptakan aturan sendiri, melakukan hal dengan caranya sendiri, menyukai masalah yang tidak terlau terstruktur, senang menulis, merancang, lebih tertarik pada jabatan yang kreatif, seperti pengarang, saintis, artis, atau arsitek.
Dimensi kepribadian/ motivasi meliputi cirri – ciri seperti fleksibilitas, toleransi terhadap kedwiartian, dorongan untuk berprestasi dan mendapat pengakuan, keuletan dalam menghadapi rintangan, dan pengambilan risiko yang moderat.

Definisi proses

Definisi pada dimensi proses upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif.
Utami Munandar menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi). Selain pendapat yang diuraikan diatas ada pendapat lain yang menyebutkan proses terbentuknya kreativitas sebagai berikut :
Wallas (1976) dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001 mengemukakan empat tahap dalam proses kreatif yaitu :
 Tahap Persiapan; adalah tahap pengumpulan informasi atau data sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini terjadi percobaan-percobaan atas dasar berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan masalah yang dialami.
Inkubasi; adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam prasadar. Tahap ini berlangsung dalan waktu yang tidak menentu, bisa lama (berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan bisa juga hanya sebentar (hanya beberapa jam, menit bahkan detik). Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat kembali pada akhir tahap pengeraman dan munculnya tahap berikutnya.
1.      Tahap Iluminasi; adalah tahap munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini muncul bentuk-bentuk cetusan spontan, seperti dilukiskan oleh Kohler dengan kata-kata now, I see itu yang kurang lebihnya berarti “oh ya”.
2.      Tahap Verifikasi; adalah tahap munculnya aktivitas evaluasi tarhadap gagasan secara kritis, yang sudah mulai dicocokkan dengan keadaan nyata atau kondisi realita.
Dari dua pendapat ahli diatas memandang kreativitas sebagai sebuah proses yang terjadi didalam otak manusia dalam menemukan dan mengembangkan sebuah gagasan baru yang lebih inovatif dan variatif (divergensi berpikir).
3.      Definisi produk
Barron ( 1969) menyatakan bahwa “ kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan / menciptakan sesuatu yang baru “. Begitu pula menurut Haefele ( 1962) “ kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi – kombinasi baru yang mempunyai makna sosial “. Definisi Haefele ini menunjukkan bahwa tidak keseluruhan produk itu harus baru, tetapi kombinasinya. Unsur – unsurnya bisa saja sudah ada lama sebelumnya. Definisi Haefele menekankan pula bahwa suatu produk kreatif tidak hanya harus baru tetapi juga diakui sebagai bermakna.

Definisi “ press”
Definisi dan pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal (diri sendiri) berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal (dari lingkungan sosial dan psikologis). Definisi Simpson (1982) dalam S. C. U. Munandar 1999, merujuk pada aspek dorongan internal dengan rumusannya sebagai “The initiative that one manifests by his power to break away from the usual sequence of thought”. Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru.

c)     Hubungan Pengertian Keberbakatan dan Kreativitas
Konsepsi “ Three-Ring Conception” dari Renzulli dan kawan – kawan ( 1981), yang menyatakan bahwa tiga ciri pokok yang merupakan kriteria ( persyaratan) keberbakatan ialah keterkaitan antara :
1.            Kemampuan umum di atas rata – rata,
2.             Kreativitas di atas rata – rata, dan
3.             Pengikatan diri terhadap tugas ( task commitment cukup tinggi)

Kemampuan diatas rata – rata

Salah satu kesalahan dalam identifikasi anak berbakat ialah anggapan bahwa hanya kecerdasan dan kecakapan sebagaimana diukur dengan tes prestasi belajar yang menentukan keberbakatan dan produktivitas kreatif seseorang. Bahkan Terman ( 1959) yang dalam penelitiannya terhadap anak berbakat hanya menggunakan kriteria inteligen, dalam tulisan – tulisannya kemudian mengakui bahwa inteligensi tinggi tidak sinonim dengan keberbakatan. Wallach ( 1976 ) pun menunjukkan bahwa mencapai skor tertinggi pada tes akademis belum tentu mencerminkan potensi untuk kinerja kreatif produktif.
Dalam istilah “ kemampuan umum” tercakup barbagai bidang kemampuan yang biasanya diukur oleh tes inteligensi, prestasi, bakat, kemampuan, mental primer, dan berpikir kreatif. Sebagai contoh adalah penalaran, verbal numerical, kemampuan spasial, kelancaran dalam memberikan ide, dan orisinalitas. Kemampuan umum ini merupakan salah atu kelompok keberbakatan di samping kreativitas dan “task – commitment”.

Kreativitas diatas rata -rata
Kelompok ( cluster) kedua yang dimiliki anak / orang berbakat ialah kreativitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan memberikan gagasan – gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk  melihat hubungan – hubungan baru antara unsur – unsur yang sudah ada sebelumnya.

Pengikatan diri terhadap tugas
Kelompok karakteristik yang ketiga yang ditemukan pada individu yang kreatif produktif ialah pengikatan diri terhadap tugas sebagai bentuk motivasi yang internal yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet mengerjakan tugasnya, meskipun mengalami macam – macam rintangan atau hambatan, menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, karena ia telah mengikatkan diri terhadap tugas tersebut atas kehendaknya sendiri.
Galton meskipun menganut pandangan dasar genetis untuk keberbakatan dan “ genius “, namun dia percaya bahwa motivasi intrinsic dan kapasitas untuk bekerja keras merupakan kondisi yang perlu untuk mencapai prestasi unggul.
Manfaat dari definisi Renzulli ialah melihat keterkaitan antara tiga kelompok ciri sebagai persyaratan keberbakatan: kemampuan umum, kreativitas, dan motivasi ( pengikatan diri terhadap tugas).
Jadi, menurut definisi Renzulli, seseorang yang memiliki kreativitas pasti berbakat, tetapi seseorang yang berbakat belum tentu memiliki kreativitas.
SUMBER:
Pengembangan Kreativitas oleh DRS.A.M. Heru Basuki, M.Psi.


Comments

Popular posts from this blog

Belajar dan Mengajar Kreatif

Leon Festinger Biography

Pembelajaran Anak Berbakat