KESEHATAN MENTAL
TUGAS 1
Nama : Ablina Pratianingrum
NPM : 10514081
KELAS : 2PA16
A.
Konsep Sehat
I. Konsep sehat berdasarkan dimensi emosi,
intelektual, sosial, fisik, spiritual.
Konsep
sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara
bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya. Dan
menurut White (1977), sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu
diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu
penyakit dan kelainan.
WHO pun mengembangkan defenisi tentang
sehat. Pada sebuah publikasi WHO tahun 1957, konsep sehat didefenisikan sebagai
suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan
segala faktor keturunan dan lingkungan yang dimiliki. Sementara konsep WHO
tahun 1974, menyebutkan Sehat adalah keadaan sempurna dari fisik, mental,
sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sementara Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional Ulama tahun 1983 merumuskan kesehatan
sebagai ketahanan “jasmaniah, ruhaniyah dan sosial” yang dimiliki manusia
sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan tuntunannya, dan
memelihara serta mengembangkannya.
Konsep-konsep kesehatan dikembangkan berdasarkan :
1.Dimensi Emosional
Menurut Goleman emosional merupakan hasil campur dari rasa takut,
gelisah, marah, sedih dan senang.
2.Dimensi Intelektual
Memecahkan masalah dengan
pikiran yang tenang, yang dapat memecahkan masalah tersebut. Misalnya ,berhenti
sejenak dan memijit pada bagian kaki yang keseleo saat bermain futsal.
3.Dimensi Fisik
Suatu kondisi tubuh yang di
haruskan dengan kondisi tubuh sehat.
4.Dimensi Sosial
Seseorang dapat melakukan
perannya dalam lingkup yang lebih besar dan dapat berinteraksi dengan baik
5.Dimensi Spiritual
Spiritual merupakan
kehidupan kerohanian. Dengan menyerahkan diri dengan bersujud dengan
kepercayaan agama masing-masing. Misalnya , ketika di diagnosa menderita
penyakit kronis , adakalanya selalu memohon dan meminta kesembuhan kepada Allah
swt.
II.
Sejarah perkembangan kesehatan mental
Kesehatan menurut Freund (1991) “suatu kondisi yang dalam keadaan baik
dari suatu organisme atau bagian yang dicirikan oleh fungsi yang normal dan
tidak adanya penyakit”, juga sampai pada kesimpulan mengenai kesehatan sebagai
suatu keadaan tidak adanya penyakit sebagai salah satu ciri kalau organisme
disebut sehat. Mental hygiene disebut juga ilmu kesehatan mental
merupakan ilmu pengetahuan yang masih muda. Dulu orang berpendapat gangguan
keseimbangan mental itu disebabkan oleh gangguan roh jahat.
Kesehatan mental di cetuskan oleh Adolf Meyer (psychiater)berdasarkan
saran Beers (mantan penderita sakit mental), membantu perkembangan gerakan
usaha kesehatan mental. Dialah yang mengemukakan istilah “Mental Hygiene”. Di
amerika pada tahun 1908 terbentuk suatu organisasi
“Connectitude Society for Mental Hygiene”. Pada tahun 1909 berdirilah “The
National Committee for Mental Hygiene”. Di inggris pada tahun 1842 berdirilah
organisasi “The Society for Improving the Condition Association for the
Protection of the Insane and the Prevention of Insanity”.
Akibat perang dunia I dan II banyak terdapat penderita “war neurosis” di
kalangan anggota militer, sehingga gerakan Mental Hygienemakin besar
usahanya mencari metode yang efisien untuk mencegah gangguan mental serta
mengadakan pembaharuan dalam metode penyembuhan. Pada tahun 1930 Mental
Hygiene mengadakan kongres pertama di Washington D.C. tahun 1946 Presiden
Amerika Serikat menandatangani undang-undang “The National Mental Health Act” untuk
memajukan kesehatan mental rakyat Amerika, yang menyelenggarakan program mental
hygiene antara lain:
WHO :
Organisasi ini memberi informasi dan penyuluhan mengenai kesehatan mental kepada
anggota UNO. Mengadakan pengawasan terhadap alkoholisme, pencegahan kriminal.
UNESCO : Untuk menstimulir penukaran masalah
informasi kebudayaan antar bangsa. Didalamnya terdapat suatu departemen yang
mengurusi masalah social
WFMH
: Di dirikan
pada tahun 1948. Antara the internasional committee for mental hygiene
dengan the british association for mental health, merupakan kelompok non
govermental health agencies membantu kesehatan di dunia.
Pasti semua orang ingin memiliki mental yang sehat tanpa terganggu
apapun. Karna kesehatan mental dapat mempengaruhi aktivitas kita. Maka dari
itu, kesehatan mental mempunyai tujuan yaitu :
1.
Mengusahakan agar manusia memiliki kempuan
mental yang sehat.
2.
Mengusahakan pencegahan terhadap timbulnya
sebab-sebab gangguan mental dan penyakit mental.
3.
Mengusahakn pencegahan berkembangnya
bermacam-macam gangguan mental dan penyakit mental.
4.
Mengurangi atau mengadakan penyembuhan terhadap
gangguan dan penyakit mental.
III.
Pendekatan Kesehatan Mental
1.
Pendekatan Orientasi Klasik
Sehat fisik artinya tidak
ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan mental. Dalam
ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan masalah ketika
kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang gejalanya
adalah kehilangan kontak dengan realitas. Orang-orang seperti itu tidak merasa
ada keluhan dengan dirinya meski hilang kesadaran dan tak mampu mengurus
dirinya secara layak. Pengertian sehat mental dari orientasi klasik kurang
memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan itu
dikembangkan pengertian baru dari kata ‘sehat’. Sehat atau tidaknya seseorang
secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri
terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat
menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental.
Kesehatan Mental :
terhindarnya individu dari gejala gangguan jiwa(neurosis) dan gejala penyakit
jiwa( psikosis), berupa simptom-simptom negatif yang menimbulkan rasa tidak
sehat,dan bisa mengganggu efisiensi yang biasanya tidak bisa dikuasai individu.
Kelemahan dari Orientasi ini
adalah :
- Simptom-simptom bisa terdapat
juga pada individu normal
- Rasa tidak nyaman dan konflik
bisa membuat individu berkembang dan memperbaiki diri.
- Sehat atau sakit tidak bisa
didasarkan pada ada atau tidaknya keluhan.
2. Pendekatan
Orientasi Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri (Menninger,1947) : perubahan dalam diri yang
diperlukan untuk mengadakan hubungan yang memuaskan dengan orang
lain/lingkungan. Individu bermasalah
: apabila tidak mampu menyesuaikan diri terhadap tuntutan dari luar dirinya,
dengan kondisi baru serta dalam mengisi peran yang baru.
Normal dalam Orientasi ini :
a) Normal secara statistik; yaitu
apa adanya.
b) Normal secara normatif :
individu bertingkah laku sesuai budaya setempat.
Dengan menggunakan orientasi
penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks
lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma
lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat
atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat
mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya.
Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau sakit
mental bisa jadi dianggap sangat sehat mental dalam masyarakat lain. Artinya
batasan sehat atau sakit mental bukan sesuatu yang absolut. Berkaitan
dengan relativitas batasan sehat mental, ada gejala lain yang juga perlu
dipertimbangkan. Kita sering melihat seseorang yang menampilkan perilaku yang
diterima oleh lingkungan pada satu waktu dan menampilkan perilaku yang
bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain. Misalnya ia melakukan
agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada saat suasana hatinya
tidak enak tetapi sangat dermawan pada saat suasana hatinya sedang enak. Dapat
dikatakan bahwa orang itu sehat mental pada waktu tertentu dan tidak sehat
mental pada waktu lain. Lalu secara keseluruhan bagaimana kita menilainya?
Sehatkah mentalnya? Atau sakit? Orang itu tidak dapat dinilai sebagai sehat
mental dan tidak sehat mental sekaligus.
Dengan contoh di atas dapat kita
pahami bahwa tidak ada garis yang tegas dan universal yang membedakan orang
sehat mental dari orang sakit mental. Oleh karenanya kita tidak dapat begitu
saja memberikan cap ‘sehat mental’ atau ‘tidak sehat mental’ pada seseorang.
Sehat atau sakit mental bukan dua hal yang secara tegas terpisah. Sehat atau
tidak sehat mental berada dalam satu garis dengan derajat yang berbeda. Artinya
kita hanya dapat menentukan derajat sehat atau tidaknya seseorang. Dengan kata
lain kita hanya bicara soal ‘kesehatan mental’ jika kita berangkat dari
pandangan bahwa pada umumnya manusia adalah makhluk sehat mental, atau
‘ketidak-sehatan mental’ jika kita memandang pada umumnya manusia adalah
makhluk tidak sehat mental. Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan
mental perlu dipahami sebagai kondisi kepribadian seseorang secara keseluruhan.
Penentuan derajat kesehatan mental seseorang bukan hanya berdasarkan jiwanya
tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan seseorang
dalam lingkungannya.
3.
Pendekatan Orientasi Pengembangan Potensi
Kesehatan
mental : pengetahuan dan perbuatan yang tujuannya untuk mengembangkan dan
memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin sehingga
membawa pada kebahagian diri dan orang lain serta terhindar dari gangguan
penyakit jiwa . Tokohnya : Allport , Maslow , Roger Fromm
Kriteria mental sehat dalam
orientasi ini :
1. Punya pedoman normatif pribadi ( bisa memilih apa yang baik dan menolak yang buruk)
2. Menunjukan otonomi independen , mawas diri dalam mencari nilai-nilai pedoman.
1. Punya pedoman normatif pribadi ( bisa memilih apa yang baik dan menolak yang buruk)
2. Menunjukan otonomi independen , mawas diri dalam mencari nilai-nilai pedoman.
Seseorang dikatakan mencapai taraf
kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan
potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan
dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi
pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal
pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat
menentukan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan
tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada
perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah
yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan wajar.
Sehingga dapat dikatakan bahwa
tujuan Hygiene mental atau kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan
mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta
memajukan jiwa. Menjaga hubungan sosial akan dapat mewujudkan tercapainya
tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan
sekaligus. Kita tidak dapat menganggap bahwa kesehatan mental hanyasekedar
usaha untuk mencapai kebahagiaan masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat itu
tidak akan menimbulkan kebahagiaan dan kemampuan individu secara otomatis,
kecuali jika kita masukkan dalam pertimbangan kita, kurang bahagia dan kurang
menyentuh aspek individu, dengan sendirinya akan mengurangi kebahagiaan dan
kemampuan sosial.
B.
Teori Kepribadian Sehat
I.
ALIRAN PSIKOANALISA
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh
Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku
psikologis manusia. Sigmund Freud sendiri dilahirkan di Moravia pada tanggal 6
Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Pada mulanya
istilah psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja,
sehingga “psikoanalisis” dan “psikoanalisis” Freud sama artinya. Bila beberapa
pengikut Freud dikemudian hari menyimpang dari ajarannya dan menempuh jalan
sendiri-sendiri, mereka juga meninggalkan istilah psikoanalisis dan memilih
suatu nama baru untuk menunjukan ajaran mereka. Contoh yang terkenal adalah
Carl Gustav Jung dan Alfred Adler, yang menciptakan nama “psikologi analitis”
(en: Analitycal psychology) dan “psikologi individual” (en: Individual
psychology) bagi ajaran masing-masing. Psikoanalisis memiliki tiga penerapan:
suatu metoda penelitian dari pikiran; suatu ilmu pengetahuan sistematis
mengenai perilaku manusia; dan suatu metoda perlakuan terhadap penyakit
psikologis atau emosional.
Dalam cakupan yang luas dari psikoanalisis ada setidaknya 20
orientasi teoretis yang mendasari teori tentang pemahaman aktivitas mental
manusia dan perkembangan manusia. Berbagai pendekatan dalam perlakuan yang
disebut “psikoanalitis” berbeda-beda sebagaimana berbagai teori yang juga
beragam. Psikoanalisis Freudian, baik teori maupun terapi berdasarkan ide-ide
Freud telah menjadi basis bagi terapi-terapi moderen dan menjadi salah satu
aliran terbesar dalam psikologi. Sebagai tambahan, istilah psikoanalisis juga
merujuk pada metoda penelitian terhadap perkembangan anak. struktur kepribadian dan terapi
Kepribadian yang sehat menurut psikoanalisis :
a. Menurut freud kepribadian yang sehat yaitu
jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
b. Kemampuan dalam
mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar.
c. Mental yang
sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego.
d. Tidak mengalami
gangguan dan penyimpangan pada mentalnya.
e. Dapat
menyesuaikan keadaan ddengan berbagai dorongan dan keinginan.
II.
ALIRAN BEHAVIORISTIK
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang
didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku
harus merupakan unsure subyek tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan aliran
revolusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup
dalam. Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang
menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga
psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak).
Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata
sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang
perilaku yang nyata. Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan
penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang dipercayai oleh strukturalism.
Berarti juga behaviorisme sudah melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang
masih mengakui adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada proses-proses
mental.
Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat
diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Behaviorisme memandang pula bahwa ketika
dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan
berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya.
Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia buruk, lingkungan yang baik
akan menghasilkan manusia baik. Kaum behavioris memusatkan dirinya pada
pendekatan ilmiah yang sungguh-sungguh objektif. Kaum behavioris mencoret dari
kamus ilmiah mereka, semua peristilahan yang bersifat subjektif, seperti
sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan termasuk berpikir dan emosi, sejauh
kedua pengertian tersebut dirumuskan secara subjektif. Fungsionalisme Menjadi
dasar bagi behaviorisme melalui pengaruhnya pada tokoh utama behaviorisme,
yaitu Watson. Watson adalah murid dari Angell dan menulis disertasinya di
University of Chicago. Dasar pemikiran Watson yang memfokuskan diri lebih
proses mental daripada elemen kesadaran, fokusnya perilaku nyata dan
pengembangan bidang psikologi pada animal psychology dan child psychology
adalah pengaruh dari fungsionalisme. Meskipun demikian, Watson menunjukkan
kritik tajam pada fungsionalisme.
Kepribadian yang sehat menurut behavioristik :
1. Memberikan respon
terhadap faktor dari luar seperti orang lain dan lingkungannya.
2. Bersifat sistematis
dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman sangat dipengaruhi oleh faktor
eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan sendiri.
3. Menekankan pada
tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang objektif.
III.
ALIRAN HUMANISTIK
Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi, seperti : Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas mendirikan sebuah asosiasi profesional yang berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti tentang : self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.
Psikologi humanistik muncul sebagai reaksi atas aliran psikoanalisis dan behaviorisme serta dipandang sebagai “kekuatan ketiga “ dalam aliran psikologi. Psikoanalisis dianggap sebagai kekuatan pertama dalam psikologi yang awal mulanya datang dari psikoanalisis ala Freud yang berusaha memahami tentang kedalaman psikis manusia yang dikombinasikan dengan kesadaran pikiran guna menghasilkan kepribadian yang sehat. Kelompok psikoanalis berkeyakinan bahwa perilaku manusia dikendalikan dan diatur oleh kekuatan tak sadar dari dalam diri. Kekuatan psikologi yang kedua adalah behaviorisme yang dipelopori oleh Ivan Pavlov dengan hasil pemikirannya tentang refleks yang terkondisikan. Kalangan Behavioristik meyakini bahwa semua perilaku dikendalikan oleh faktor-faktor eksternal dari lingkungan
IV.
PENDAPAT ALLPORT
Secara umum teori Allport memberi definisi yang positif terhadap manusia.
Secara umum teori Allport memberi definisi yang positif terhadap manusia.
“Kepribadian manusia menurut Allport adalah organisasi yang
dinamis dari system psikofisik dalam individu yang turut menentukan
cara-caranya yang unik atau khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya”
Dalam teori Allport juga memandang bahwa kesehatan psikologis adalah melihat ke
depan, tidak melihat ke belakang, dapat dikatakan bahwa seluruh teori yang
dikemukakan oleh Allport ini sangat bertentangan dengan teori-teori yang
dikemukakan oleh Freud.
Ciri-Ciri Kepribadian yang Matang Menurut Allport :
Menurut Allport, faktor utama tingkah lalu orang dewasa yang
matang adalah sifat-sifat yang terorganisir dan selaras yang mendorong dan
membimbing tingkah laku menurut prinsip otonomi fungsional.
Kualitas Kepribadian yang matang menurut allport sebagai
berikut:
1. Ekstensi sense of self
· Kemampuan berpartisipasi dan menikmati kegiatan dalam
jangkauan yang luas.
· Kemampuan diri dan minat-minatnya dengan orang lain
beserta minat mereka.
· Kemampuan merencanakan masa depan (harapan dan rencana)
2. Hubungan hangat/akrab dengan orang lain, Kapasitas
intimacy (hubungan kasih dengan keluarga dan teman) dan compassion
(pengungkapan hubungan yang penuh hormat dan menghargai dengan setiap orang)
3. Penerimaan diri
Kemampuan untuk mengatasi reaksi berlebih hal-hal yang
menyinggung dorongan khusus (misal : mengolah dorongan seks) dan menghadapi
rasa frustasi, kontrol diri, presan proporsional.
4. Pandangan-pandangan realistis, keahlian dan penugasan
Kemampuan memandang orang lain, objek, dan situasi. Kapasitas
dan minat dalam penyelesaian masalah, memiliki keahlian dalam penyelesain tugas
yang dipilih, mengatasi pelbagai persoalan tanpa panik, mengasihani diri, atau
tingkah laku lain yang merusak.
5. Objektifikasi diri: insight dan humor
Kemampuan diri untuk objektif dan memahami tentang diri dan
orang lain. Humor tidak sekedar menikmati dan tertawa tapi juga mampu
menghubungkan secara positif pada saat yang sama pada keganjilan dan absurditas
diri dan orang lain.
6. Filsafat Hidup
Ada latar belakang yang mendasari semua yang dikerjakannya
yang memberikan tujuan dan arti. Contohnya lewat agama.
Untuk memahami orang dewasa kita membutuhkan gambaran tujuan
dan aspirasinya. Tidak semua orang dewasa memiliki kedewasaan yang matang. Bisa
saja seseorang melakukan sesuatu hal tanpa tahu apa yang ia lakukan.
Daftar Pustaka
Comments
Post a Comment