MANUSIA DAN KEGELISAHAN
Nama
: Ablina Pratianingrum
NPM
:10514081
Kelas
: 1PA15
Pertemuan
ke-10
Ilmu
Budaya Dasar
A.
KEGELISAHAN
1.Pengertian
Kegelisahan
Kegelisahan berasal dari kata gelisah. Dalam
kamus umum bahasa Indonesia, WJS Poerwadarminto, gelisah artinya tidak tentram
hatinya,selalu merasa khawatir; tidak dapat tenang dalam hidupnya; cemas. Jadi,
kegelisahan adalah gejala universal, ada pada manusia dimana saja.
Kegelisahan
timbul karena perbuatan manusia sendiri atau karena keadaan dari luar
lingkungan manusia sendiri, yang memberi pengaruh psikologis, yang
dapat merugikan dirinya maupun orang lain.
Manusia
suatu saat dalam hidupnya akan mengalami kegelisahan. Tragedy dunia modern
tidak sedikit dapat menyebabkan kegelisahan. Hal ini mungkin akibat kebutuhan
hidup yang meningkat, rasa individualistis dan egoisme, persaingan dalam hidup,
keadaan yang tidak stabil dan seterusnya kegelisahan dalam konteks budaya dapatkah
dikatakan sebagai akibat adanya instik manusia untuk berbudaya, yaitu sebagai
upaya mencari kesempurnaan.
Alasan
mendasar mengapa manusia gelisah ialah karena manusia memiliki hati dan
perasaan. Bentuk kegelisahannya berupa:
a. Keterasingan
b. Kesepian,
dan
c. Ketidakpastian
Perasaan
seseorang yang sedang gelisah ialah hatinyatidak tentram, merasa
khawatir,cemas, takut, dsb..
Untuk
mengatasi kegeisahan ini, manusia diperintahkan untuk meningkatkan iman, taqwa
dan amal shaleh. Seperti Firman Allah SWT :
“Sesungguhnya
manusia diciptakan bersifat keluh kesah, lagi kikir; apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah, tetapi bila mendapat kebaikan ia amat kikir,
kecuali orang-orang yang mengerjakan salat, yang mereka itu tetap mengerjakan
shalatnya dan orang-oran yang dalamhartanya tersedia bagian tertentu, bagi
orang (miskin) yang meminta dan orang (miskin) yang tidak bisa meminta,
......... (QS. Al-Ma’arij, 70: 18-27).
Perasaan
cemas menurut Sigmund Freud ada tiga macam, yaitu:
1. Kecemasan
kenyataan (obyektif)
Contohnya:
Anaknya yang belum pulang, orang tua yang sedang sakit, dsb.
2. Kecemasan
neurotic (saraf)
Kecemasan
ini timbul karena pengamtan tentang bahaya dari naluriah. Menurut S. Freud
kecemasan ini dibagi dalam tiga macam, yaitu:
a. Kecemsan
yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan. Kecemasan timbul karena
orang itu takut akan bayangannya sendiri sehingga menekan dan menguasai ego.
b. Rasa
takut irrasional atau phobia. Rasa takut ini sudah menular, sehingga
kadang-kadang tanpa alas an dan hanya karena pandangan saja. Yang kemudian
dilanjutkan dengan khayalan yang kuat dapat menimbulkan rasa takut.
Contoh :
Orang
takut ular, takut binatang berbulu, dsb.
c. Rasa
takut lain ialah rasa gugup, gagap dan sebagainya.
Contoh :
- Seorang
yang tak bisa bernyanyi atau bicara didepan umum, maka ia gelisah dan hilang
keseimbangan.
- Penyesuaian
diri dengan lingkungan
3. Kecemasan
moral
Hal
ini muncul dari emosi diri sendiri seperti perasaan iri dan sebagainya.
Contoh :
Datuk
meringgi iri melihat kemajuan usaha bagindo sulaiman. Hatinya selalu gelisah,
takut usahanya akan mati, kalah bersaing. Karena itu ia selalu menyuruh orang
agar membakar took Bagindo sulaiman.
1. Sebab-sebab
Orang Gelisah
Sebab-sebab
orang gelisah adalah karena pada hakikatnya orang takut akan kehilangan
hak-haknya.
Kata
ishak, “Hak artinya perintah atau segala ajaran yang dibawa
oleh Nabi dan Al-Qur’an”.
Kalau
hak bersifat abstrak, maka hak dalam Al-Qur’an diberi bobot khusus, karena
salah satu nama Allah SWT adalah Al-Haq.
Seperti
dalamAl-Qur’an :
“Kemudian
mereka dikembalikan kepada Allah. Tuhan penguasa yang Haq (QS.Al-Ana’am : 62).
Dan
Firman-Nya:
“Sekiranya
al-Haq mengikuti hawa nafsu mereka niscaya langit dan bumi jadi rusak”
Banyak
orang berfikir bahwa kegelisahaan, merupakan keadaaan yang tidak “diinginkan”.
Tetapi para ahli jiwa berfikir bahwa kegelisahan merupakan kondisi hidup
manusia, atau sebagai “kawan akrab” yang memberi stimulus kepada tingkah laku
manusia. Kegelisahan yang terhindarkan disebabkan oleh kompleksitas manusia,
lingkungan dimana ia tinggal, dan keterbatasan fisik dan jiwanya.
Kegelisahan
dan kompleksitas manusia
Motif-motif
perbuatan yang mendorong dan mengarahkan tingkah laku tidak timbul dan dapat
mencapai pemuasan dengan cara yang sederhana. Sebaliknya motif-motif itu
terjadi dalam keadaan ruwet, bahkan kadang-kadang penuh kekacauan. Motif yang
berbeda-beda bersaing satu sama lain, dan pemuasan terhadap motif pertama akan
disusul dengan datangnya motif yang lain. Bertumpuknya pola-pola motif
kehidupan manusia mengajarkan kepada manusia bahwa tidak semua motif dapat
dipuaskan, tetapi ada juga yang memerlukan kesabaran untuk menundanya, dan
bahkan bila perlu motif itu ditinggalkan. Bila tidak akan menghasilkan
kegelisahan.
Kegelisahan
dan Kondisi Lingkungan
Pemuasan
yang menyeluruh pada saat motif juga hamper tidak mungkin sebab tujuan motif
itu hanya biasa di capai menyeluruh jika sesuai dengan apa yang tersedia
dilingkungan kita. Pada lingkungan tertentu makanan mungkin tak tersedia untuk
memuaskan rasa lapar, karena orang itu tidak mampu membelinya, atau kawan-kawan
orang itu tidak memperhatikannya atau mengaguminya yang dapat digunakan untuk
memuaskan keinginan akan status, keakraban, cinta dan sebagainya.
Hal
di atas itu mengajarkan kepada kita bahwa beberapa motif lebih penting dari
lainnya karena cukup sulit untuk dicapai atau motif itu berlangsung dalam waktu
yang cukup lama. Dalam kehidupan kita perkara makan dan minum bukanlah perkara
yang sulit, karena makanan dan minuman cukup tersedia pada kita walau ala
kadarnya.
2. Usaha-usaha
Mengatasi Kegelisahan
Usaha-usaha
mengatasi kegelisahan pertama-tama harus mulai dari diri sendiri, yaitu harus bersifat
tenang, sabar dan iman kepada Allah.
Firman
Allah :
“Dan
sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikan berita gembira
kepada orang-orang yang sabar.(QS. Al-Baqarah. 2:155)”.
Didalam
Al-Qur’an Alah SWT memberi petunjuk-petunjuk do’a yang baik untuk dibaca guna
memohonkesabaran. Do’a memohon kesabaran hati serta keteguhan pendirian dan
pertolongan Allah SWT dalam menghadapi cobaan dan orang kafir.
Firman
Allah SWT:
“Ya
Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami dan kokohkanlah pendirian
kami,dan tolonglah kami dari orang-orang kafir” (QS. Al-Baqarah, 2:250).
“Ya
Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam
keadaan berserah diri kepada-Mu”. (QS. Al-A’raf, 7:126)
B.
KETERASINGAN
1.
Pengertian Keterasingan
Keterangan
berasal dari kata “terasing” dan kata itu dari kata dasar “asing” berarti
“sendirian, tidak dikenal orang”. Terasing berarti “disisishkan dari
pergaulan”.
Jadi,
keterasingan berate hal-hal yang berkenaan dengan tersisihkannya seseorang dari
pergaulan, terpencil atau terpisah dari orang lain.
Terasing
atau keterasingan adalah merupakan bagian hidup manusia terhadap kaum mukmin
yang sedang berada ditemat pengasingan, jauh dari tanah airnya, yang belum
pernah ia lihat sebelumnya, Allah SWT memberikan kesejukan hatinya dengan
menunjukkan kiblat shalatnya.
Seperti
Firman-Nya:
“Dan
kepunyaan Allah-Lah timur dan barat maka kemanapun kamu menghadap disitulah
wajah Allah (kekuasaan Allah meliputi seluruh alam). Sesungguhnya Allah Maha
Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui (QS. Al-Baqarah, 2:115)
Hamparan
bumi yang luas adalah tempat bagi orang-orang mukmin untuk menyembah kepada
Allah SWT. Karena dialah zat yang berhak disembah disetiap tempat berbagai
penjuru dunia.
2. Sebab-sebab
Keterasingan
Orang
hidup dalam keterasingan, pertama sifat-sifat atau sikap yang tidak dapat diterima
dan kedua karena perbuatannya. Jadi keduanya juga karena perbuatan hanya
berbeda sifatnya.
Bila kita
simpulkan, kedua sebab hidup keterasingan itu bersumber pada:
1. Perbuatan
yang tidak dapat diterima oleh masyarakat. Perbuatan itu antara lain: mencuri,
bersikap angkuh, sombong atau kaku.
2. Sikap
rendah diri
Sikap yang
sejenis dengan angkuh atau sombong ialah sikap kaku, pemarah dan suka
berkelahi. Sikap seperti ini, sebab takut terjadi konflik batin ataupun konflik
fisik karena hal merupakan perbuatan anak kecil.
Sikap ini
juga disebut sikap minder. Bukan orang lain yang memandang dirinya rendah,
tetapi justru dirinya sendiri. Sikap rendah diri itu ada sebab-sebabnya,
mungkin cacat fisik, karena sosial ekonominya, rendah pendidikannya dank arena
perbuatannya.
a. Keterasingan
karena cacat fisik
Cacat
fisik itu tidak perlu membuat hidup terasing karena cacat fisik itu kehendak
Tuhan. Namun manusia, lain jalan pikirannya, merasa malu anaknya atau cucunya
yang cacat fisik, maka disingkirkan anak tersebut dari pergaulan ramai, hidup
dalam keterasingan.
Seperti
halnya dalam film “Detik-detik menyentuh kasih” seorang kakek malu melihat
cucunya lahir dalam keadaan cacat kakinya, ia berusaha membunuh bayi itu dengan
cara perlahan-lahan. Tetapi ibunya yang mengandung 9 bulan dengan penuh kasih
saying, dengan diam-diam membawa lari anaknya ke sebuah desa jauh dari jauh
dari pergaulan ramai.
Anaknya
di didik diajar membaca, menulis, berhitung dan ternyata anak tersebut
mempunyai daya tangkap yang luar biasa. Dengan kaki buatan, ia dapat
bersekolah, bahkan sampai ke perguruan tinggi, dan akhirnya anak yang telah
dewasa itu berhasil menjadi penulis yang baik.
b. Keterasingan
karena social ekonomi
Ekonomi
kuat atau lemah adalah anugrahtuhan. Orang tidak boleh membanggakan kekayaan,
tetapi orang tidak boleh merasa rendah diri karena keadaan ekonomi yang sangat
rendah. Namun didalam kenyataan lain keadaanya. Orang-orang yang lemah
ekonominya sering kali merasa rendah diri, akibat orang-orang yang kaya sering
membanggakan kekayaanya, meskipun tidak disengaja.
Seperti
halnya dalam roman “Dian yang tidak kunjun padam karya st.Alisyahbana”, setelah
cintanya kepada Molek ditolak oleh orang tua Molek R. Mahmud dan Cik Siti:
Yasin mengasingkan diri dari pergaulan. R. Mahmud beranggapan bahwa selain
rendah martabatnya juga miskin. Oleh karena merasa diri hanya sebagi penjual
nanas, Yasin kecewa, ddan menyembunyikan diri sebagai pertapa. Ia muncul pada
waktu Molek meninggal dunia. Yasin bekerja dengan giat, mengangkut air, dan
menyediakan barang yang diperlukan untuk pemakaman Molek. Molek meninggal
akibat putus asa, kecewa atas perbuatan suaminya, Sayid Mustafa keturunan Arab
pilihan orang tuanya,
c. Keterasingan
karena rendah pendidikan
Dalam
pergaulan orang-orang yang berpendidikan rendah dan kurang pengalaman biasanya
menyendiri, mengasingkan diri karena serba sulit menempatkan diri.
d. keterasingan
karena perbuatannya
Orang
terpaksa hidup dalam keterasingan karena merasa malu, dunia rasanya sempit,
bila nampak orang ingin mukanya ditutupi. Itu semua adalah akibat dari
perbuaannya yang tidak bias diterima oleh masyarakat lingkungannya.
3. Usaha-Usaha
untuk Mengatasi Keterasingan
Keterasingan
biasanya terjadi karena sikap sombong, angkuh, pemarah, kaku, tetapi juga
karena rendah diri, perbuatan yang melanggar norma hukum. Pada hakikatnya sikap
sombong, angkuh, kaku, rasa rendah diri orang takut kehilangan hsknya. Untuk
mengatasi keterasingan ini perlu kesadaran yang tinggi’ Orang yang bersikap
disadarkan, karerna apa yang mereka lakukan dianggapnya sudah benar
semua.
C.
KESEPIAN
1. Pengertian
Kesepian
Kesepian
berasal dari kata sepi, artinya sunyilengang, tidak
ramai, tidak ada orang atau kenderaan, dan sebagainya. Kesepian
adalah keadaan sepi atau hal sepi.
Misalnya:
Setelah
tembakan gencar itu berhenti, tampak Jalanan sepi. Orang takut keluar, bahkan
suara deru mobil pun tak kedengaran.
Setiap
orang pernah mengalami kesepian, karena kesepian merupakan bagian hidup
manusia. Lama atau sebentar, perasaan kesepian ini bergantung kepada mental
orang dan kasus penyebabnya.
2. Sebab-sebab
Terjadinya Kesepian
Bermacam-macam
penyewbab terjadinya kesepian, frustasi pun dapat mengakibatkan kesepian yang
bersangkutan tidak mau diganggu, ia lebih senang dalam keadaan sepi, tidaksuka
bergaul,ia kebih senang hidup sendiri.
Kesepian
itu akibat keterasingan dan keterasingan akibat sikap sombong, angkuh, keras
kepala, sehingga dijauhi kawan-kawan sepergaulan.
Kesepian
juga disebabkan karena takut kehilangan hak nama baik. Nama baik merupakan
harapan setiap orang. Bahkan orang takut matidemi menjaga nama baik. Meskipun
sudah berhati-hati menjaganya mungkin juga oranng masih berbuat salah, sehingga
cemar nama baiknya. Untuk ini, sering kali yang bersangkutan terpaksa hidup
mengasingkan diri, akibatnya kesepian.
D..
KETIDAKPASTIAN
1.Pengertian
Ketidakpastian
Ketidakpastian berasal
dari kata tidak pasti artinya tidak menentu
(pikirannya), apa yang dipikirkannya tidak searah. Itu semua adalah
akibat pikirannya tidak dapat konsentrasi.
Ketidakpastian
adalah bagian dari hidup manusia. Ketidakpastian atau ketidaktentuan adalah
bagian hidup. Setiap orang pernah mengalaminya, Bahkan anak kecilpun pernah
mengalaminya.
Misalnya:
Ketika
anak kecil ditinggalkan ibunya,ia menangis kebingungan.K ebingungan itu
menunjukkan adanya ketidakpastian, seperti anak ayam yang kehilangan induknya.
· Sebab-sebab
Terjadinya Ketidakpastian
Orang
yang pikirannya terganggu tidak dapat berpikir secara teratur, logis ataupun
mengambil kesimpulan. Dalam berpikir ia selalu menerima rangsangan (stimu.lus)
dari luar, sehingga jalan pikirannya menjadi kacau. Kalaupun ia dapat berpiki
baik, akan memakan waktu yang cukup lama dan sukar. Mereka menampakkan
tanda-tanda obsesi, fobia/phobia, delusi, gerakan-gerakan gemetar
(buyuten),kehilangan pengertian (aparia), kehilangan kemampuan untuk menangkap
sesuatu (agnesia).
Menurut Siti
Meichati dalam bukunya kesehatan mental adda beberapa sebab
orang tidak dapat berpikir dengan pasti.
Sebab-sebab
itu ialah sebagai berikut:
1.Obsesi
Obsesi
adalah gejala neurose jiwa, yaitu adanya pikiran atau perasaan
tertentu yang terus-menerus, biasanya tentang hal-hal yang tak menyenangkan,
atau sebab yang tak diketahui oleh penderita. Misalnya, selalu berpikir ada
orang yang ingin menjatuhkan kita’
Contoh:
a. Seorang
kepala bagian suatu instansi karena kurang mampu bekerja selalu mempunyai
ingatan pihak yang ingin menjatuhkannya.
b. Seorang
pedagang yang maju pesat, pada suatu saat berpikir olehnya ada kawannya yang
bingin menjatuhkannya. Pikirannya itu tidak hilang, tetapi justru menjadi-jadi.
Apalagi setelah ia merugi.
2.
Phobia
Phobia
adalah rasa ketakutan yang tak terkendalikan, tidak normal, kepada suatu hal
atau kejadian, tanpa diketahii sebab-sebabnya.
Contoh:
a. Orang
yang takut kepada tempat yang tinggi. Secara tidak disengaja, jalan naik tak
terasa, sampai atas, ia takut luar biasa (Acrophobia)
b. Ada
pula orang yang takut kepada orang banyak yang sedang berkumpul. Pada suatu
hari dirumahnya ada pencuri, iaberteriak sehingga tetangga disekitarnya berlari
datang ke rumahnya. Dalam sekejap telah berkumpul puluhan orang. Herannya
justru gemetaran, pucat, ketakutan luar biasa (Ochlophobia)
Orang yang
dilanda ketakutan itu tidak dapat berfikir, pikirannya tidak pasti tidak
menentu.
3. Delusi
Menunjukkan
pikiran yang tidak beres, karena berdasarkan suatu keyainan palsu. Tidak dapat
memakai akal sehat. Tidak ada dasar kenyataan dan tidak sesuai dengan
pengalaman.
Delusi
iniada tiga macam, yakni:
a. Delusi
persekusi
Menganggap
adanya keadaan yang jelek disekitarnya.
b. Delusi
keagungan
Menganggap
dirinya orang penting dan besar. Orang seperti itu biasanya gila hormat.
Menganggap orang di sekitarnya sebagai orang-orang yang tidak penting. Akhirnya
semua orang menjauhi juga. Jadi, hampir sama dengan delusi persekusi. Yang
jelas akibatnya sama, ialah dijauhi semua orang.
c. Delusi
melancholis
Merasa dirinya
bersalah, hina dan berdosa. Hal ini dapat mengakibatkan buyuten atau dikenal
dengan nama delirium tremens, hilangnya kesadaran dan menyebabkan otot-otot tak
berkuasa lagi. Ia kehilangan ingatannya sama sekali. Ia kehilangan ingatannya
sama sekali, mengalami tensi tinggi dan mengingat sesuatu yang belum pernah
dialami.
Contoh:
Mang
cecep orang kampong pada suatu hari dipanggil ke pengadilan untuk diminta
kesaksiannya. Tetapi karena takutnya, keringat dingin mengucur, ditanya ini itu
tak dapat dijawab, mulutnya gementar. Akhirnya jaksa tak memperoleh kesaksian
apa-apa darinya. Untung saja ia tak jaut pingsan.
4. Histeria
Ialah
neurose jiwa yang disebabkan oleh tekanan mental, kekecewaan, pengalaman pahit
yang menekan, kelemahan syaraf, tidak mampu menguasai diri, atau sugesti dari
sikap orang lain.
Contoh:
a. Neneng
seorang gadis yang cukup manis. Pada suatu hari ia melihat pacarnya
berjalan-jalan dengan seorang gadis yang belum pernah dikenalnya. Rasa cemburu
berkecamuk dihatinya, dan setibanya di rumah dia berteriak histeris.
b. Ketika
ibu Bakri sedang melayani anaknya makan, datang orang-orang mengeuk pintu,
mengucap salam. Dijawabnya dan keluarlah ia. Di luar, kagetlah ia melihat orang
banyak mengusung jenazah yang ditutupi kain. Ibu itu langsung bertanya siapa
itu ?” Itu, bukan kang Bakri ! Semua yang ditanya diam. Akhirnya dia berteriak
histeris lalu pingsan. (Film rang-orang laut).
5. Halusianasi
Khayalan
yang terjadi tanpa rangsangan panca indra. Seperti para prewangan (medium)
dapat digolongkan pada pengalaman halusinasi. Dengan Sugesti diri orang dapat
juga berhalusinasi. Halusinasi buatan, misalnya dapat dialami oleh orang mabuk
atau pemakaian obat bius. Kadang-kadang karena halusinasi orang-orang merasa
mendapat tekanan-tekanan terhadap dorongan-dorongan itu menemukan sasarannya.
Ini nampak dalam perbuatan-perbuatan penderita (penderita itu dapat menyadari
perbuatannya itu, tetapi tidak dapat menahan rangsang khayalan sendiri).
Contoh:
a. Pada
suatu hari saya diajak teman saya yang bernama Nuradi pergi ke rumah orang yang
dapat menyebutkan siapa yang mencuri TV nya. Prewangan itu namanya Mbah Umi.
Setelah Mbah Umi makan bunga mawar, kemudian berbicara dengan suara yang agak
berbeda, entah suara itu dibuat-buat atau benar-benar suara yang timbul
sebelumnya.
b. Atang
memang seorang peminum. Bila sedang marah makin hebat minumnya. Setelah ia
mabuk biasanya ia mengoceh (berbicara tidak menentu).
6. Kompulasi
Kompulasi
ialah keragu-ragu yang sangat mengenai apa yang telah dikerjakan, sehingga ada
dorongan yang tak disadari untuk selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang
serupa berulang kali (Neurose).
Contoh:
a. Keinginan
untuk mengambil barang orang (mencuri), padahal barang itu tak bermanfaat
baginya, dan andaikata ingin membeli, mampu juga dia (Kleptomania)
b. Keinginan
minum-minuman keras. Orang itu bukan pmabuk, tetapi bila dilanda pikiran atau
perasaan kecewa keinginan minumnya tak dapat dibendungnya (dispemania).
7.
Keadaan Emosi
Dalam
keadaan tertentu seseorang sangat terpengaruh oleh emosinya. Ia sampai pada
keseluruhan pribadinya : gangguan pada nafsu makan, pusing-pusing, muka merah,
nadi cepat, keringat, tekanan darah tinggi/lemah. Sikapnya dapat apatis atau
terlalu gembira dank arena itu dilepaskan di dalam gerakan-gerakan lari-larian,
nyanyian, ketawa atau berbicara. Sikap ini dapat pula berupa kesedihan menekan,
tidak bernafsu, tidak bersemangat, gelisah, dsb. Jelas kepada kita orang yang
demikian itu tidak mungkin dapat berfikir dengan tenang dan dengan baik.
Untuk
mengatasi atau untuk menghilangkan pikiran yang kacau itu perlu dicari
penyebabnya, andaikata telah diketahui penyebabnya tetap masih sakit, penderita
perlu diajak pergi atau pergi sendiri ke spikolog.
Untuk
menghadapi kegelisahan biasanya dengan menggunakan sikap positif yang bias
berlaku umum ini akan berwujud tindakan-tindakan yang sangat dianjurkan, yaitu
meliputi:
1. Hadapi
dan rencanakan segala kemungkinan problema yang timbul dan sikap yang
dibayangkan akan terjadi, sampai pada yang sejelek mungkin.
2. Susunlah
persiapan cara-cara menghadapinya beserta pemecahannya.
3. Mendeteksi
sebanyak mungkin tentang hal-hal yang menyebabkan gelisah termasuk didalamnya;
sebab-sebab dan problemanya.
4. Hadapilah
dengan tabah kegelisahan beserta sebab-sebab dan problemanya dan bersiap sedia.
5. Jika
mampu meskipun mungkin tidak dapat secara spontan hilangkanlah sebab-sebab
kegelisahan yang ada.
6. Ajaklah
orang lain bekerja sama dalam mengatasi kegelisahan ini paling tidak untuk ikut
memikirkan atau memberi perhatian atau memahami keadaan sadar.
Notowidagdo
Rohiman H. 2002. Ilmu Budaya Dasar berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadist. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Prasetya
Tri Joko Drs, dkk (Anggota IKAPI), 1998, Ilmu Budaya Dasar (lengkap). Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Djoko
Widagdo Drs, dkk, 1999. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Comments
Post a Comment